Penanganan
persoalan remaja dewasa ini harus ditangani terpadu oleh semua pihak
terkait. Hal ini diutarakan Ketua Komisi Remaja Sinode (KPRS) GMIM, Pnt
Moody Rondonuwu.
Menurut
dia, akhir-akhir ini, tindak kenakalan remaja akhir-akhir ini seperti
tawuran, minuman keras, penyalahgunaan narkoba, HIV/AIDS dan seks bebas
makin tinggi. Menurut Moody, penanganan persoalan ini perlu melihat
latar belakang persoalan, kenapa sampai remaja terjerumus dalam aksi
perilaku yang tak seharusnya mereka lakukan. "Kita telusuri dulu apa
penyebabnya," jelasnya, Kamis (17/7).
Kompleksnya
persoalan kenakalan remaja, sehingga penanganannya butuh kerjasama
semua pihak. Mulai dari orang tua, pembina remaja, pihak sekolah,
pemerintah, rohaniwan, tokoh agama, penegak hukum, tokoh masyarakat
hingga pemerhati remaja. "Persoalan remaja jangan dilihat dan ditangani
secara parsial melainkan harus terpadu dan saling melengkapi,"
jelasnya.
Namun, hemat dia, kunci utama pembinaan remaja ada di keluarga dan lingkungan pendidikan. "
"Menurut amatan kami, penyebab utama kenakalan remaja dimulai dari kurangnya perhatian, kasih sayang orangtua terhadap pembinaan anak dan kurangnya pengawasan," jelasnya.
"Menurut amatan kami, penyebab utama kenakalan remaja dimulai dari kurangnya perhatian, kasih sayang orangtua terhadap pembinaan anak dan kurangnya pengawasan," jelasnya.
Akibat
orangtua mengabaikan pembinaan, maka remaja mencari sendiri kasih saya
dan bentuk pelarian lainnya di luar rumah. Pada akhirnya mereka
terpengaruh lingkungan luar yang kurang baik.
Usia
remaja adalah fase emas sekaligus rentan krises. Mereka butuh perhatian
ekstra, pengakuan untuk mencari jati diri. Karena itu, sekolah dan guru
harus memberi akses seluas-luasnya, dana dan fasilitas pendukung
terhadap pendidikan dan perkembangan remaja sehingga mereka bisa punya
kesempatan mengekspresikan kreatifitas, daya kritis dan inovasinya
secara komunal (bersama-sama).
Lanjut
dia, persoalan terjadi mana kala taman-taman, fasilitas olahraga,
bermain di perkotaan kian terbatas karena masifnya pembangunan. Jalan
raya menjadi sarana terakhir tempat alternatif remaja brmain yang
sangat rawan kecelakaan dan konflik.
"Tokoh
agama, rohaniwan termasuk pembina remaja lintas agama wajib memberi
keteladanan moral, akhlak secara kontinyu. Bila memang sudah mengarah ke
tindak pelanggaran hukum, aparat wajib memberi tindakan sesuai hukum
agar memberi efek jera," jelasnnya seraya menegaskan, jika hal ini
dilakukan berkesinambungan, niscaya tindak kenakalan remaja bisa
dieliminir. (Moody R - TribunNews)
Sumber : www.remajagmim.org
0 komentar:
Posting Komentar